Alhamdulillah ya Allah,
Sungguh saya bersyukur Kevin dan kami semua dipanjangkan umur,
untuk selalu senantiasa belajar apa arti kehidupan yang bermanfaat.
22 April 2008 yang lalu Kevin berusia 4 tahun,
tak ada perayaan berlebihan kecuali berbagi makan bersama
dengan teman-temannya dikelas disekolahnya.
Saya bahagia mepunyai Kevin yang dari waktu ke waktu,
senantiasa menunjukkan perkembangan dari baik, dari bayi mungil
yang membuat saya belajar menjadi Ibu sekaligus Orang Tua
yang bertanggung jawab dan bagaimana saya bisa memberikan
kasih sayang terbaik dari titipan Allah yang harus kita syukuri.
Kata-kata yang paling indah ketika Kevin belajar untuk berdiri
dikakinya sendiri sampai kemudian dia berucap memanggil Ibu/Mommy,
adalah hal yang sangat menyentuh buat saya yang begitu
menginginkan kehadiran seorang anak.
Anak mungkin tidak pernah menginginkan hadir didunia yang
begitu rusak dengan tingkah polah kita.
Justru kita yang menginginkan dia hadir, untuk bisa
merubah dunia yang lebih baik.
Tapi dia akan meniru apa yang sudah diperbuat oleh kita para Orang Tua.
Saya berdoa menginginkan Kevin dan anak-anak diseluruh bumi,
bisa memberikan contoh kehidupan yg lebih baik.
Yang punya hati nurani, mempunyai jiwa dan peduli dengan lingkungan.
Dan selalu ingat bahwa diatas semua kehidupan ini
hanya Allah SWT tempat kita bersandar memohon apa yang kita inginkan.
Selalu menjadi orang-orang yang penuh Syukur.
I love you Kevin,
Sampai kapanpun Kevin akan tetap jadi kebanggaan Mommy & Daddy.
Semoga kita selalu diberi kesehatan dan umur yang berkah.Amin.
Saya selalu merenung dan sangat menyukai Puisi dari Kahlil Gibran,
Semoga saya dan Suami bisa banyak belajar dari puisi ini
dan kehidupan banyak orang yang sudah memberikan banyak inspirasi.
ANAK-mu bukan milikmu.
Mereka putera-puteri Sang Hidup yang rindu pada diri sendiri.
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau.
Mereka ada padamu, tetapi bukan hakmu.
Berikan mereka kasih sayangmu,
tetapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah untuk raganya,
tetapi tidak untuk jiwanya.
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kaukunjungi, sekalipun dalam impian.
Kau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu.
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
pun tidak tenggelam di masa lampau.
Kau busur, dan anak-anakmulah anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah maha tahu sasaran bidikan keabadian,
Dia merentangmu dengan kekuasaanNya, hingga anak panah itu melesat,
jauh serta cepat.
Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah
Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana pula dikasihiNya busur yang mantap.
Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.
Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.
Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.
“Apa yang telah kucintai laksana seorang anak
kini tak henti-hentinya aku mencintai.
Dan, apa yang kucintai kini. akan kucintai sampai akhir hidupku,
karena cinta ialah semua yang dapat kucapai.
dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya”